Berita Terkini – Pihak berwenang di Beijing telah melakukan evakuasi lebih dari 82.000 orang dari daerah-daerah yang berisiko terkena hujan lebat, menyusul bencana banjir bandang yang merenggut puluhan nyawa minggu lalu.
Hingga pukul 21.00 pada tanggal 4 Agustus, ribuan warga telah dipindahkan dari lokasi berbahaya, menurut informasi dari otoritas pengendalian banjir setempat.
Situasi Terkini di Wilayah Berisiko
Para pejabat memperingatkan potensi terjadinya banjir yang berkelanjutan, terutama di distrik-distrik pinggiran kota seperti Miyun yang paling banyak terdampak, serta Fangshan, Mentougou, dan Huairou. Dalam beberapa hari terakhir, hujan deras yang menerpa kota ini telah mengakibatkan kerusakan yang cukup signifikan.
Badan Meteorologi setempat mengeluarkan peringatan merah, yang merupakan level tertinggi dalam sistem peringatan cuaca, untuk memperkirakan terjadinya hujan lebat hingga pagi hari tanggal 5 Agustus. Diperkirakan, curah hujan bisa mencapai 200 mm dalam waktu enam jam, yang jelas menjadi perhatian serius bagi para pencari keselamatan.
Dampak dan Tindakan yang Diambil
Beijing, yang merupakan rumah bagi 22 juta jiwa, biasanya menerima rata-rata curah hujan sekitar 600 mm setiap tahunnya. Respon terhadap situasi ini, pemerintah kota telah meningkatkan status siaga di 16 distrik, menutup bagian-bagian dari Tembok Besar serta area rekreasi luar ruangan lainnya. Untuk mencegah kerugian lebih lanjut, kegiatan usaha di bawah tanah juga dihentikan sementara. Para pejabat menyatakan bahwa risiko terjadinya banjir bandang dan tanah longsor saat ini adalah “sangat tinggi”.
Banjir yang melanda daerah pinggiran kota akibat hujan deras yang terjadi antara 23 dan 29 Juli telah menyebabkan setidaknya 44 orang tewas, dengan sembilan orang lainnya dilaporkan hilang. Dari jumlah tersebut, 31 korban jiwa merupakan pasien dari sebuah pusat perawatan lansia di Miyun. Seorang pejabat lokal mengungkapkan adanya “kekurangan” dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana ini.
Warga yang selamat dari bencana ini mengungkapkan keheranan mereka melihat seberapa cepat air dapat menggenangi rumah-rumah mereka, serta menghancurkan desa-desa di sekitarnya.
Beberapa ilmuwan dan ahli mengamati bahwa medan yang dimiliki Beijing dapat dianggap sebagai “perangkap hujan”, di mana pegunungan di sisi barat dan utara kota tersebut memperangkap udara lembab, sehingga meningkatkan intensitas hujan yang jatuh.
Musim panas lalu, pada tahun 2012, juga tercatat sebagai tahun yang memilukan dengan 79 orang kehilangan nyawa akibat banjir tercatat sebagai yang terparah dalam sejarah kota ini, di mana daerah Fangshan menjadi lokasi yang sangat terdampak.
Bencana alam seperti ini kerap menghampiri China, terutama pada musim panas, di saat beberapa daerah mengalami hujan lebat sementara lainnya tidak jarang harus berhadapan dengan suhu panas yang ekstrem.
Pada tanggal 2 Agustus, hujan deras juga terjadi di “Lembah Beijing”, sebuah kawasan wisata tepi sungai di Chengde, Provinsi Hebei, yang berbatasan dengan Beijing, menyebabkan tiga orang meninggal dan empat lainnya dinyatakan hilang. Di sisi lain, di Provinsi Guangdong, pencarian intensif telah dilakukan untuk menemukan lima jenazah setelah musibah yang merenggut korban jiwa, melibatkan lebih dari 1.300 petugas penyelamat selama akhir pekan.