Fauja Singh, pelari maraton legendaris asal India, menghembuskan napas terakhirnya setelah mengalami kecelakaan tragis saat menyeberang jalan di Punjab pada 13 Juli. Kecelakaan ini menggetarkan dunia olahraga dan menarik perhatian banyak kalangan.
Fauja Singh dikenal sebagai pelari maraton tertua di dunia, mengukir prestasi luar biasa bahkan di usianya yang sangat lanjut. Kecelakaan yang merenggut nyawanya meninggalkan kesedihan mendalam bagi para pengagumnya dan komunitas kerlari global.
Pencapaian dan Warisan Seorang Pelari Tua
Di tahun 2011, saat menginjak usia 100 tahun, Fauja berhasil menyelesaikan maraton Toronto dengan waktu lebih dari delapan jam. Meskipun pencapaian ini tidak diakui resmi oleh Guinness World Records, karena kendala administrasi terkait dokumen kelahiran, tetap saja prestasi tersebut menjadi simbol ketekunan dan semangat hidup yang luar biasa. Dokumen paspor yang mengonfirmasi tanggal lahirnya 1 April 1911 menunjukkan bahwa ia memang berusia ratusan tahun, meskipun ada celah dalam bukti resmi.
Data mengenai kehadirannya di dunia lomba lari menunjukkan bahwa Fauja adalah inspirasi bagi banyak orang. Sejak mulai berlari pada usia 89 tahun, ia tidak hanya mengejar prestasi, tetapi juga melawan kesedihan yang mendalam setelah kehilangan istri dan anaknya. Demi mengatasi depresi, ia beralih ke lomba lari, membuktikan bahwa usia hanyalah angka.
Kisah Hidup dan Motivasi di Balik Lari
Satu peristiwa tragis yang sangat mempengaruhi hidupnya adalah kematian putranya, Kuldip, yang terjadi akibat kecelakaan tragis saat mereka sedang bekerja di ladang. Kejadian itu terjadi di depan matanya dan menimbulkan luka yang dalam dalam hidupnya. Namun, dari kesedihan itu, ia menemukan kekuatan untuk bangkit kembali dan mengejar mimpi berlari. Saat berlatih di London, Fauja berinteraksi dengan banyak pelari maraton Sikh yang membantunya menemukan jalur di dunia lari jarak jauh.
Keterlibatannya dalam maraton membawa banyak kebahagiaan dan kesuksesan, seperti saat ia menjadi pembawa obor Olimpiade London 2012. Hal ini semakin menegaskan prestasinya sebagai simbol ketahanan dan semangat hidup yang tak tergoyahkan. Ia memotivasi banyak orang untuk tidak menyerah dalam mengejar impian, terlepas dari usia atau keadaan yang dihadapi.
Kejadiannya pada tahun 2013, di usianya yang ke-101, saat menyelesaikan Maraton Hong Kong 10 km, menegaskan bahwa semangat tidak mengenal batas usia. Fauja berharap agar masyarakat terus mengenangnya dan mengundangnya ke berbagai acara, meskipun ia telah menutup karier larinya. Seperti yang pernah ia katakan, “Dari sebuah tragedi muncullah banyak kesuksesan dan kebahagiaan.”
Keberanian dan kisah inspiratif Fauja Singh akan selalu terkenang dan menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Kehidupannya bukan hanya sekadar tentang berlari, tetapi juga tentang menggali potensi diri dan tidak menyerah pada keadaan. Dengan mengenang sosoknya, kita diingatkan untuk senantiasa berjuang dan berkarya, di usia berapa pun.