Gunungapi Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang signifikan dengan erupsi yang terjadi pada Senin (7/7) pukul 11.05 WITA. Erupsi ini meluncurkan kolom abu pekat hingga 18.000 meter di atas puncak gunung, atau sekitar 19.584 meter di atas permukaan laut, yang menandakan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan.
Erupsi ini bukanlah kejadian yang pertama. Gunungapi Lewotobi Laki-laki memang memiliki riwayat letusan dengan karakter yang eksplosif. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dan pihak terkait harus tetap waspada dan siap menghadapi kemungkinan erupsi berikutnya. Menurut data, letusan kali ini disertai dengan endapan lava yang menjalar melintasi area yang cukup luas.
Aktivitas Vulkanik dan Implikasinya
Setiap erupsi gunung berapi memiliki karakteristik unik yang dapat diukur dengan alat seismograf. Pada erupsi kali ini, amplitudo maksimum yang terukur mencapai 47,3 mm dengan durasi 6 menit 26 detik. Secara visual, kolom abu berwarna kelabu hingga hitam terlihat menjorok ke arah utara dan barat laut, menambah ketegangan di kalangan warga sekitar yang sudah mulai merasakan dampak langsung dari fenomena alam ini.
Berdasarkan pantauan cuaca, kondisi saat erupsi terjadi cukup mendukung, dengan suhu udara antara 24–31 °C dan angin yang bertiup kencang, sehingga mempercepat penyebaran abu ke berbagai arah. Informasi ini sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang risiko yang ada dan perlunya kontribusi untuk menghadapi situasi darurat.
Respon dan Penanganan Terhadap Erupsi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat telah melakukan kaji cepat untuk mengevaluasi dampak erupsi. Beberapa desa di sekitar Kecamatan Wulanggitang mengalami penurunan abu vulkanik, dengan intensitas yang bervariasi. Dalam upaya penanganan darurat, BPBD bersama anggota tim gabungan berupaya mengamankan lokasi terdampak dan memberikan masker kepada masyarakat untuk meminimalisir risiko kesehatan akibat debu vulkanik.
Saat ini, situasi terpantau aman, dan belum ada laporan tentang korban jiwa atau kerugian material, namun pendataan dan monitoring terus dilakukan. Ini menunjukkan bahwa kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat telah meningkat, di mana mereka mulai mengikuti rekomendasi tindakan mitigasi yang diimbau oleh pemerintah. Selain itu, edukasi tentang erupsi dan dampaknya juga terus dilakukan agar masyarakat tetap tenang dan tidak panik dalam menghadapi situasi ini.
Pentingnya Kesiapsiagaan dan Mitigasi Risiko
Status Gunung Lewotobi Laki-laki saat ini berada di Level IV (Awas). Selama erupsi, dua bandara, yaitu Bandara Larantuka dan Bandara Maumere terpaksa ditutup sementara akibat dampak sebaran abu. Pihak berwenang mengimbau agar tidak ada aktivitas dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi dan 7 kilometer di sektor barat daya hingga timur laut. Ini adalah langkah pencegahan yang kritis untuk menjaga keselamatan warga dan wisatawan.
Kesiapsiagaan terhadap potensi bahaya seperti banjir lahar juga harus diutamakan, terutama di daerah hulu yang berdekatan dengan gunung. Bagi masyarakat yang mungkin terdampak oleh hujan abu, penggunaan masker sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan saluran pernapasan. Komunikasi yang jelas dan transparan dari pemerintah juga diperlukan untuk mencegah penyebaran informasi yang salah di tengah situasi darurat.
Pemerintah berkomitmen untuk memastikan kebutuhan dasar warga terdampak terpenuhi dan mengirimkan bantuan logistik, termasuk 50.000 masker yang telah didistribusikan sebelumnya. Seluruh upaya ini mencerminkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait dalam menghadapi tantangan ini untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan semua.