Dinamika Aktivitas Vulkanik – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, masih tetap tinggi per Sabtu (2/8). Hal ini seiring dengan status AWAS yang diberlakukan sejak 17 Juni 2025. Setelah erupsi yang terjadi pada Jumat (1/8) pukul 20:48 WITA, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana menegaskan kepada Pemerintah Daerah untuk memastikan keselamatan warga di kawasan rawan bencana.
Walaupun erupsi kali ini tidak mengakibatkan korban jiwa, masih ada sejumlah warga Desa Boru yang belum meninggalkan area berbahaya tersebut. Ini menjadi tantangan bagi pemerintah lokal untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya evakuasi agar tidak terjebak dalam situasi berbahaya.
Pemantauan Terhadap Gunung Lewotobi Laki-laki
Sejak awal tahun 2024, PVMBG telah menetapkan status AWAS untuk Gunung Lewotobi Laki-laki enam kali. Dengan ketinggian 1.584 mdpl, gunung ini memiliki karakteristik erupsi yang mengkhawatirkan, termasuk lontaran material pijar dan endapan abu. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pemantauan yang berkelanjutan untuk menghindari potensi bencana.
Erupsi yang terjadi baru-baru ini merupakan salah satu erupsi terkuat, dengan tinggi kolom abu mencapai 18.000 meter di atas puncak. Fenomena ini hampir serupa dengan fase erupsi pada 7 Juli 2025, tetapi dengan durasi yang lebih lama, mencapai 14 menit 5 detik. Data yang berasal dari PVMBG ini penting dalam memberikan informasi akurat kepada masyarakat mengenai situasi terkini.
Peningkatan Kesiapsiagaan Masyarakat
Kepala PVMBG, Hadi Wijaya, memberikan penjelasan tentang potensi erupsi lebih lanjut. Aktivitas kegempaan vulkanik yang meningkat menunjukkan bahwa gunung ini dapat meletus kembali kapan saja. Oleh karena itu, sangat vital bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Pada erupsi terakhir, waktu antara tanda-tanda kegempaan dan terjadinya erupsi sangat singkat, hanya dua jam, dibandingkan dengan perkiraan awal yang bisa mencapai 4 jam.
Risiko yang ditimbulkan akibat erupsi ini tidak dapat dianggap remeh. Hayati sebaran abu vulkanik dan lontaran material letusan berbahaya yang bisa menjangkau 3-4 kilometer dari kawah adalah ancaman yang nyata. Selain itu, potensi banjir lahar dingin juga perlu diwaspadai, seperti yang terjadi pada 29 Juli 2025. Dengan adanya data dan analisis ini, diharapkan masyarakat semakin waspada dan siap untuk menghadapi konsekuensi yang mungkin terjadi.