Indonesia – Para pemimpin gereja dan diplomat terkemuka baru-baru ini menyerukan kepada pemukim Israel untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka di kota Taybeh, yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, di Tepi Barat. Kunjungan mereka ke daerah tersebut dilakukan setelah intensifikasi serangan oleh pemukim dalam beberapa minggu terakhir.
Delegasi ini mencakup perwakilan dari lebih dari 20 negara serta relawan lokal, yang berpatisipasi dalam kunjungan ke desa di Tepi Barat. Insiden terkini, termasuk pembakaran dekat gereja komunitas setempat, menyoroti ketegangan yang meningkat di wilayah tersebut.
Pertanggungjawaban Pemukim dan Tindakan Otoritas
Dalam kunjungan itu, Patriark Ortodoks Yunani dan Patriark Latin mengutuk keras insiden yang terjadi, menekankan bahwa otoritas setempat gagal memberikan respons terhadap panggilan darurat yang diajukan oleh masyarakat Palestina. Mereka menyerukan agar pemukim dimintai pertanggungjawaban, sambil menyatakan bahwa pemerintah setempat seharusnya tidak memfasilitasi keberadaan mereka.
Berdasarkan data terbaru, banyak insiden kejahatan yang dilakukan oleh pemukim melibatkan penggembalaan ternak di tanah milik Palestina, pembakaran rumah, dan pemasangan tanda-tanda provokatif yang menembus ketenangan komunitas. Berita ini menjadi perhatian khusus, karena sekitar 50.000 orang Kristen tinggal di Tepi Barat yang dihuni oleh masyarakat Palestina yang lebih besar.
Strategi untuk Menghadapi Kekerasan Sistemik
Para pemimpin gereja memandang tindakan pemukim ini tidak hanya sebagai serangan fisik, tetapi juga sebagai upaya sistematis untuk mengusir warga Kristen dari tanah mereka. Meski mereka menjadi minoritas, kehadiran umat Kristen di Palestina tetap kuat dan berbangga. Gereja-gereja berupaya meningkatkan ketahanan komunitas Kristen melalui pendidikan dan dukungan sosial.
Banyak laporan dari organisasi hak asasi manusia mencatat bahwa pemukim sering kali terbukti beroperasi tanpa hukuman. Hal ini menimbulkan keprihatinan yang lebih besar mengenai masa depan bagi komunitas ini di bawah kondisi yang semakin memburuk, terutama mengingat meningkatnya ketegangan sejak adanya konflik baru-baru ini.
Peregangan lebih lanjut di Tepi Barat, di mana tentara Israel dan para pemukim sering melakukan serangan, telah menciptakan lingkungan yang tanpa aturan. Tokoh Katolik terkemuka menegaskan bahwa hukum di wilayah ini harus ditegakkan agar semua masyarakat dapat mendapatkan perlindungan dan keadilan yang setara.
Ketika kunjungan para pemimpin dan diplomat ini berlangsung, banyak warga Palestina melaporkan adanya kekerasan berulang dari pemukim yang mengganggu ketenangan kehidupan sehari-hari mereka. Kasus terbaru mencakup penghancuran pohon zaitun dan penyerangan terbuka terhadap properti dan tanah mereka.